Jika ditanya siapakah orang yang paling aku benci, aku akan menjawab dengan mantap bahwa yang paling kubenci adalah ayahku. Cara mendidik anak yang ia terapkan padaku terasa tidak menyenangkan. Sejak aku berusia 7 tahun hingga sekarang memasuki usia 23 tahun, aku merasa ayahku tidak pernah peduli padaku.
Biar kuceritakan sedikit tentang ayahku. Dulu, ketika aku masih duduk di kelas 4 SD, Roby, teman sekelasku, kerap kali mengambil paksa uang jajan dan bekalku. Sesampainya di rumah, aku selalu menangis. Ibuku yang selalu menghiburku. Sementara ayahku hanya memerhatikan aku dari kejauhan dengan raut wajah yang sangat dingin.
Saat aku masuk ke perguruan tinggi, aku merasa sedikit gugup di hari pertama mengikuti ospek. Ibu kembali menyemangatiku. Akan tetapi, tahukah kamu apa yang dilakukan ayahku? Ia malah asyik menikmati sarapan tanpa memedulikanku sedikit pun. Jangangkan semangat, sebuah senyuman pun tidak ia berikan untuk mengantarku.
Kini, sudah setahun aku lulus kuliah. Aku sudah mencoba bekerja di beberapa perusahaan. Namun, aku memiliki impian untuk memiliki bisnis sendiri. Sampai suatu ketika aku mendesain T-shirt dan menjualnya secara online. Setelah 3 hari mempromosikan T-shirt buatanku di media online, ada seseorang yang membeli T-shirt buatanku itu. Setelah orang itu menerima kiriman T-shirt dariku, ia memberiku komentar dan feedback positif di halaman situs jual beli online yang kumiliki. Tak kusangka bahwa komentar dari orang itu mengundang calon pembeli lain sehingga tertarik untuk membeli T-shirtku.
Aku bersorak dengan riang dan memberitahu ibuku mengenai kabar gembira ini. Ibuku nampak antusias seperti biasanya. Ayahku? Ia sedang membaca koran dan sudah kutebak ia pasti tidak peduli.
Tak terasa sudah 3 bulan aku menjalani bisnis clothing online ini. Ada banyak suka duka ketika menjalani bisnis tersebut. Untungnya, aku selalu dapat menyelesaikan setiap masalah yang ada.
Malam ini, aku, ibu, dan ayahku sedang duduk di meja makan. Aku antusias menceritakan tentang bisnisku ini ke ibu. Ayah hanya menatapku dingin. Aku tidak tahan dengan tatapan dingin ayahku sehingga aku pun memberanikan diri berkata, “Mengapa ayah tampak tidak peduli? Sejak aku kecil hingga dewasa ayah tak pernah peduli kepadaku. Apakah memang begini cara mendidik anak, Yah?” Ayah kaget mendengar perkataanku. Tubuhnya sedikit gemetar dan ia bangkit dari kursinya. Ia pergi meninggalkan meja makan.
Ibu memandangku dengan sedih. Ia menggenggam tanganku untuk meredakan emosiku. Tiba-tiba, ibu mengatakan suatu hal yang mengagetkanku, “Johan, ayahmu selalu peduli padamu. Tak pernah sekali pun ia mengabaikanmu. Mungkin cara mendidik anak yang ia lakukan salah. Ia hanya ingin menunjukkan kasih sayangnya tanpa membuat dirimu terlihat lemah. Ingat waktu bekalmu selalu diambil oleh temanmu dulu? Seminggu kemudian temanmu itu tak pernah mengganggumu, kan?” Aku menggangguk sambil mengingat-ingat. “Itu karena ayahmu datang menemui orang tua Roby dan berbicara baik-baik agar Roby tidak mengambil bekalmu.”
Ibu beranjak ke lemari dan mengambil selembar foto. Ia menyerahkan sebuah foto. Fotoku ketika berjalan meninggalkan rumah dengan atribut ospek. Di belakang foto terdapat sebuah tulisan: Hari pertama anakku di universitas. Lihat! Dia tumbuh begitu cepat, rasanya seperti baru kemarin aku melihatnya dengan pakaian SD. “Ayahmu yang mengambil foto tersebut,” lanjut ibuku.
“Ingat saat kau menjalankan bisnismu pertama kali? Ayahmu adalah pembeli T-shirtmu yang pertama. Dialah yang meninggalkan komentar positif di situsmu,” kata ibuku. Perasaanku campur aduk antara sedih, malu, dan haru.
Aku berlari mencari ayahku. Kudapati ia sedang duduk melamun di teras. Kupeluk ayahku, “Ayah, maafkan aku...” Ayahku sempat tersentak, kemudian ia balas memelukku. Baru aku tahu kalau ayahku adalah pendukung terbesarku. Ia tidak ingin menunjukkan perhatiannya karena ia ingin aku kuat dan tidak manja ketika menghadapi setiap masalah.
Tidak peduli bukan berarti tidak sayang. Namun, alangkah baiknya jika engkau menunjukkan kasih sayang dan perhatian pada orang yang terkasih selagi kau masih memiliki waktu dan kesempatan. Karena biar bagaimanapun bentuk perhatian secara nyata akan memberikan pengaruh besar pada orang yang terkasih.