Karakteristik fisik memang merupakan unsur perbedaan yang menonjol pada manusia. Akan tetapi, pada umumnya perbedaan fisik bukanlah faktor penentu terbesar terjadinya konflik pada hubungan asmara, baik pacaran maupun pernikahan. Perdebatan dan intrik yang kerap terjadi pada pasangan kebanyakan disebabkan oleh perbedaan pendapat di mana sebenarnya ada hal yang mengakar pada sumber lain. Karakter, sikap, dan tutur setiap orang dipengaruhi oleh agama dan budaya yang dianut (di mana ras juga berperan), pengaruh lingkungan tempatnya bertumbuh, serta latar belakang pendidikannya. Unsur-unsur inilah yang yang membentuk kebiasaan, nilai hidup, pola pikir, dan perspektif unik yang menghasilkan berbagai pendapat yang berbeda.
Mengapa setiap orang bisa memiliki pola pikir yang berbeda-beda? Menurut psikolog Kasandra Putranto, hal tersebut dipengaruhi oleh kecerdasan otak masing-masing individu. “Kecerdasan otak ini juga dipengaruhi oleh tiga unsur lainnya, yaitu nature, nurture, dan niat,” ujarnya. Nature adalah adalah faktor genetis yang diturunkan oleh orang tua kepada anak secara natural. Misalnya, sifat humoris orang tua yang menurun kepada anaknya.
Yang kedua adalah cara orang tua mendidik dan membesarkan anaknya atau nurture di mana inilah yang membentuk kebiasaan-kebiasaan tertentu pada tiap individu. Kemudian, faktor niat pun menunjukkan kecerdasan otak seseorang karena unsur ini memengaruhi prilakunya. “Kecerdasan otak dalam mengambil keputusan dan menahan diri terbentuk dari banyak faktor berpengaruh yang timbul sejak manusia lahir hingga bagaimana ia dibesarkan,” jelas pendiri firma psikologi Kasandra & Associates ini.
Perbedaan karakter, sifat, dan sikap sebenarnya bukanlah hal yang dibentuk untuk menghasilkan prilaku yang negatif, namun mengapa hal tersebut kerap menjadi konflik dalam hubungan asmara? Salah satu penyebabnya adalah kurangnya sikap terbuka pada individu tersebut. Contoh kurangnya keterbukaan adalah pemikiran stereotipe.
Stereotipe ini adalah keadaan di mana seseorang sangat berpegang teguh pada apa yang ia percayai dan tekuni sehingga ketika ada orang lain yang memiliki cara berbeda, ia kurang bisa menerima. Berpikir secara stereotipe sulit untuk dihindari ketika seseorang tidak mau bersikap terbuka. Selain karena dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, faktor mendasar dari pemikiran stereotipe adalah kurangnya komunikasi.
Kesannya sepele, tapi komunikasi yang baik harus didukung dengan suasana yang mendukung dan pemilihan kata yang tepat, bahkan ketika melakukannya dengan pasangan sendiri. Beberapa strategi komunikasi bisa dilakukan, seperti membuat momen tertentu di mana kamu dan pasangan bisa mengobrol berdua secara terbuka. Tentunya, atmosfer haruslah mendukung. Kamu bisa siapkan segelas SariWangi, panas maupun dingin, ketika berbincang berdua. Dibuat dari daun teh asli berkualitas tinggi, setiap tegukannya memberikan efek relaksasi yang membuat pikiran dan hati tenang.