Seperti tahun-tahun sebelumnya, Lebaran kali ini kami sekeluarga akan mudik ke Purworejo. Jika biasanya saya mengambil rute Bandung-Purworejo dari Pantura, kali ini saya akan mengambil jalur selatan. Ini berkat anjuran dari teman kantor yang biasa mudik ke Yogyakarta lewat jalur selatan karena lebih nyaman, tidak terlalu banyak titik kemacetan, dan katanya sih lebih cepat.
Saat saya beritahu istri tentang hal ini, ia hanya menganjurkan untuk membawa perlengkapan untuk jaga-jaga dan pastikan bahwa saya tahu betul rutenya. Selain itu, rute ini akan melewati banyak daerah yang belum pernah dilalui oleh keluarga kami. Sambil jalan-jalan, pikirku. Anak-anak pun oke-oke saja. Buat mereka, yang penting bisa mengunjungi embahnya.
Hari berangkat mudik pun tiba. Semua barang yang akan dibawa sudah oke. Keluarga kecilku pun dalam keadaan sehat dan siap untuk perjalanan jauh. Setelah berdo’a bersama, kami pun berangkat dari Bandung dengan riang gembira. Selama perjalanan anak-anak asyik melihat pemandangan. Saya senang bisa menghabiskan waktu kebersamaan kami di dalam mobil seperti ini saat mudik. Meskipun sempat macet di Nagreg, tapi seterusnya lumayan lancar meski sudah masuk musim mudik. Beberapa jam setelah berangkat, mobil tiba-tiba sunyi. Anak-anak ternyata sudah tidur. Sedangkan istri setia menemani saya mengobrol. Katanya biar saya tidak mengantuk dan meleng nyetirnya.
Saat di Kebumen, saya berinisiatif mengambil jalan alternatif yang disarankan teman agar tidak kena macet. Istri saya awalnya bingung kok saya ambil jalur lain. Ia khawatir saya nyasar karena kami sebelumnya belum pernah melewati jalur ini. Saya bilang tidak apa, kan sudah ada panduan dari teman. Teman saya bilang bahwa saya harus belok untuk ambil jalur ke Kutoarjo lalu ke Purworejo. Jalannya lumayan bagus dan sepi, jadi lumayan nyaman melewatinya. Namun tak lama kemudian terdengar suara ledakan. Ternyata, ban mobil saya meledak. Suara ledakan tadi sukses membangunkan anak-anak saya yang tengah tidur.
Niat menghindari macet agar cepat sampai di Purworejo pun tak kesampaian. Jalan yang sunyi dan penerangan yang minim membuat saya sesegera mungkin untuk mengganti ban yang bocor, sendirian. Saat sudah selesai dan siap jalan lagi, saya lihat wajah istri dan anak pada manyun semua.
“Makanya pa lain kali ambil jalur biasa aja, gak perlu ambil alternatif. Nih, untung papa bawa ban cadangan sama alat lengkap. Kalau gak, kita minta tolong sama siapa coba? Sama pohon?” kata istriku meledek.
“Iya ma maaf. Tadi kan papa mau hindari macet makanya lewat sini biar kita cepat sampai. Tapi gak taunya malah bannya bocor,” kataku sambil minta maaf ke anak-anak karena sudah membangunkan mereka. Saya pun terus tancap gas ke Purworejo dan sampai di rumah mertua tepat adzan magrib. Sambutan si embah membuat anak-anak langsung girang dan istri pun tersenyum manis. Saya sangat bersyukur memiliki keluarga harmonis seperti ini. Meski sempat ada insiden ban pecah, alhamdulillah kami tetap sampai di kampung halaman dengan selamat.
Apakah Anda pernah mengalami pengalaman yang serupa saat mudik? Yang penting, siapkan mobil Anda, bawa peralatan lengkap untuk antisipasi berbagai kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Keluarga bahagia dan nyaman saat berkendara dan sampai di tujuan dengan selamat adalah hal yang utama.