Cerita inspiratif kali ini berasal dari seorang gadis kecil dari keluarga sederhana yang memiliki niat yang begitu mulia untuk orang lain. Niat mulia tersebut ia laksanakan pada hari ini, yakni saat Hari Raya Idul Adha.
Pagi hari usai melaksanakan salat sunat Idul Adha, Nini dan ibunya langsung sibuk menyiapkan kudapan di dapur. “Bu, nanti masak sate kambing, ya?” tanya Nini pada ibunya. “Tidak, Ni. Persediaan arang kita habis, jadi mungkin Ibu masak sup saja,” jawab ibunya sambil menyeduh teh. “Nini yang beli arangnya deh, Bu!” kata Nini. “Arangnya harus dibeli di pasar, Ni. Siapa yang akan mengantarmu kesana?” Nini nampak berpikir sejenak sebelum berkata, “Nggak usah diantar, Bu. Nini bisa bersepeda ke pasar.”
Akhirnya, tanpa berlama-lama Nini mengayuh sepedanya, pergi ke pasar. Jarak antara rumahnya ke pasar cukup jauh, yakni sekitar 3 KM. Namun, Nini tetap bersikukuh untuk membeli arang. Akhirnya, ia berhasil mendapatkan arang tersebut dan mengayuh kembali sepedanya pulang ke rumah.
Di hari raya kurban seperti ini biasanya Nini akan ikut bersama abang dan ayahnya ke masjid dekat rumah. Ia dan teman-temannya biasa melihat proses penyembelihan hewan kurban di sana. Ketika Nini hendak pergi ke masjid, ibunya tiba-tiba muncul dari dapur dan berkata, “Ni, Ibu lupa, kacang tanah untuk membuat bumbu satenya juga habis. Apa sebaiknya Ibu masak sup saja ya, sayang?” Nampaknya, Ibu Nini merasa tidak tega jika harus menyuruh Nini kembali ke pasar. Namun, Nini langsung berkata, “Biar Nini belikan kacang tanahnya sekarang, Bu.” Akhirnya, Nini kembali menempuh perjalanan dengan bersepeda ke pasar.
Di tengah jalan, ban sepeda Nini kempis. Ia harus membawa sekantung kacang tanah sambil menuntun sepedanya ke tempat tambal ban terdekat. Beruntung ia menemukan tukang tambal ban di dekat pasar. Setelah tukang tambal ban memompa bannya, Nini kembali mengayuh sepedanya ke rumah.
Setelah memberikan kacang tanah kepada ibunya, Nini bergegas ke masjid. Ia ikut dalam antrean orang-orang yang hendak menukarkan kupon dengan jatah daging kurban. Nini mengantre selama satu jam untuk bisa memperoleh sekantong kecil daging kurban.
Nini pulang dengan sisa-sisa keletihannya. Kedua kakinya terasa sakit karena harus mengayuh sepeda dan berdiri mengantre dengan banyak orang. Ibunya sempat heran ketika melihat Nini datang dengan membawa sekantong daging kurban. “Lho, Nini dapat daging kurban dari siapa? Bukankah yang mendapat kupon hanya orang yang membutuhkan saja?” tanya ibunya. Nini pun menjawab, “Ini bukan milik Nini, Bu. Bolehkah Nini minta sate kambingnya, Bu?”
Ibu Nini membungkus beberapa tusuk sate seperti permintaan Nini. Ia masih heran mengapa anaknya pulang dengan membawa daging kurban dan meminta beberapa tusuk sate untuk dibungkus. Namun, rasa heran ibu terjawab ketika ia mengantar Nini ke sebuah gubuk kumuh di belakang komplek perumahan mereka. Seorang wanita tua dan renta keluar menyambut Nini
"Mbah, ini Nini sudah antrekan daging kurban. Ini juga ada sate kambing buatan Ibu Nini. Rasanya enak, lho, Mbah,” kata Nini sambil memberikan dua kantong berisi daging kurban dan sate kambing kepada wanita tua itu. Nini memperkenalkan ibunya kepada wanita tua yang bernama Mbah Saedah. Mbah Saedah berprofesi sebagai pemulung. “Waktu Nini beli sate di ujung gang, Nini melihat Mbah Saedah sedang memulung botol bekas sambil ngeliatin sate. Sepertinya Mbah mau sate, Bu. Akhirnya, Nini kasih satenya dua tusuk. Mbah terlihat senang sekali, Bu. Akhirnya, Nini janji sama Mbah, saat Idul Adha nanti Nini mau kasih sate buatan ibu,” terang Nini dengan polosnya. Sang ibu nampak terharu dengan kebaikan dan ketulusan hati putri kecilnya tersebut.
Cerita inspiratif ini hendaknya mengajarkan kita untuk memiliki hati yang tulus seperti Nini. Bahkan, Nini rela mengantre untuk mengambil jatah daging kurban untuk Mbah Saedah yang sudah tua dan tidak kuat lagi berdiri terlalu lama. Dari cerita inspiratif ini kita pun tahu bahwa berkurban tidak hanya dalam bentuk materi saja, bahkan gadis kecil seperti Nini pun juga bisa turut merayakan Idul Adha dengan kemampuannya sendiri.