Aku adalah seorang ibu sekaligus wanita karir yang terbilang selalu sibuk di kantor. Namun di Ramadhan kali ini, sebisa mungkin kuluangkan waktu untuk memasak hidangan yang bergizi dan lezat untuk keluarga. Susu, teh, buah dan sayur adalah beberapa makanan dan minuman yang wajib hadir di meja makan. Waktu sahur seperti ini jadi momen pas untuk meningkatkan kebersamaan keluarga kecil ini.
Suatu hari setelah sahur, aku mendengar percakapan si abang dan si adik waktu duduk santai di depan TV. Si adik nyeletuk “Kak, mama Ami udah buat kue lebaran, loh. Kemaren waktu adik main ke rumahnya mamanya lagi buat kue putri salju, kue nastar, banyak deh kak! Mamanya Agil juga udah buat tuh. Kue cokelat lagi! Kalo kita sih gak bakalan ada buat kue, mama aja pulang kerja malam terus, kapan bisa bikin kue lebaran?” kata si adik. “Palingan nanti mama beli lagi” kata si kakak dengan nada yang agak aneh.
Aku pun tertegun. Aku memang jarang sekali memasak, apalagi buat kue. Lalu, ide brilian pun muncul untuk buat keluarga bahagia di Hari Lebaran nanti; aku mau buat kue lebaran di rumah dan buat kejutan untuk mereka!
Aku pun mulai cari tahu cara membuat kue, terutama putri salju dan kue cokelat yang jadi kesukaan mereka. Resep dari internet pun kuambil. Waktu istirahat makan siang di kantor aku manfaatkan untuk pergi ke supermarket dan membeli bahan-bahan untuk membuat kue. Karena niatnya ingin membuat surprise untuk anak-anak, aku pun curi-curi waktu untuk membuat kue setelah pulang tarawih. Kupaksa mereka untuk tidur lebih cepat agar mereka tak tahu kesibukanku di dapur membuat kue kesukaan mereka. Setelah gagal selama beberapa hari, akhirnya aku berhasil membuat kue putri salju dan chocochip almond tanpa gosong dan enak. Suamiku bilang sih rasanya enak!
Namun, sepertinya keputusanku untuk memaksa mereka tidur cepat membuat mereka ngambek padaku. Singkat cerita saat waktu berbuka hampir tiba, menu santapan berbuka sudah kusiapkan. Biasanya mereka langsung ke meja makan, namun kali ini mereka terlihat tak bersemangat, wajahnya pun muram. Saat kucoba bicara, mereka seperti tak mau mendengarkan. Jadilah papanya yang berusaha menanyakan mengapa mereka seperti itu. Mereka marah. Ya, mereka marah karena belakangan ini sering kupaksa untuk tidur cepat. Mereka bilang “Mama gak seru sekarang, tiap hari nyuruh tidur cepat, padahal kan kakak dan adik masih mau main sebentar gitu”.
Ternyata upayaku membuat kejutan Lebaran dengan membuat kue kesukaan mereka disalahpahami. Aku pun sadar bahwa aku salah karena sudah sembunyi-sembunyi dari mereka. Jadi, akhirnya aku pun menjelaskan alasan sebenarnya.
“Mama tiap malam belajar buat kue chocochip almond kesukaan kakak dan kue putri salju kesukaan adik”. Lalu, aku bergegas ke dapur dan mengambil kue yang kusimpan di lemari untuk kutunjukkan ke mereka. Mereka terlihat girang melihat kue kesukaannya ada di depan mata. Aku minta mereka cicipi kuenya dan mereka pun bilang “Enak, ma!”. Si adik dengan polosnya bilang “Kak, mama keren ya, bisa buat kue juga! Bilang dong ma kalau mama sibuk buat kue untuk Lebaran, adik kan bisa bantu”.
Tersenyum aku melihat tingkah lucu mereka. Aku pun minta maaf karena membuat mereka marah dan berjanji akan mengajak mereka membuat kue di hari-hari berikutnya. Mereka bersorak dan berebut memelukku. Papanya pun tersenyum lebar melihat tingkah kami.
Nah, apakah ada yang pernah mengalami hal serupa? Ingin memberi kejutan namun malah membuat orang-orang tersayang menjadi marah? Sehebat apapun ide kejutan yang akan Anda siapkan, alangkah baiknya untuk selalu berkomunikasi terlebih dahulu dengan keluarga karena komunikasi adalah kunci keluarga harmonis.