Hari raya sudah semakin dekat. Seperti kebanyakan anak-anak lainnya, aku tentu sudah membayangkan berapa banyak uang dari amplop Lebaran yang akan aku dapatkan nanti. Meski aku baru saja naik ke kelas 3 SMP, tapi aku masih berharap mendapatkan amplop Lebaran karena aku anak yang paling bungsu di keluarga bahagia nan harmonis ini. Kakak-kakakku sudah besar semua; ada yang masih kuliah, ada yang kerja dan yang paling besar sudah menikah. Selain papa dan mama, mereka adalah target untuk minta amplop Lebaran juga. Yes!
Kemarin sore tanpa sengaja aku melihat tumpukan amplop kecil khas hari raya tergeletak di meja. Hatiku langsung berbunga-bunga membayangkan akan mendapatkannya nanti. Saat aku lihat mama dan papa mulai mengisi amplop, aku pun datang menghampiri.
“Pa, bagian aku nanti berapa?” tanyaku dengan wajah sumringah. “Lho, udah naik kelas 3 SMP masih mau amplop juga? Kaya anak kecil ih,” mama meledek. “Kan masih umur segini, masih boleh dong dapat amplop? Isinya juga banyakin ya,” kataku sambil tersenyum. “Amplop-amplop ini bukan untuk kamu, loh. Ini buat anak-anak kecil saja. Kamu kan udah gede,” kata si papa. “Tapi kan pa tahun lalu aku masih dikasih. Kenapa tahun ini enggak?” nada suara ku sudah mulai berubah.
Kesal, aku pun ke kamar banting pintu dan tidur. Dan yang parahnya, mama dan papa biasa saja tuh walaupun aku pasang muka seram. Tak kehilangan akal, aku pun menghubungi kakak-kakakku dan bilang jangan lupa bagianku tahun ini. Dan, mereka juga kompak bilang “Gak ah, kamu kan udah gede. Nanti kakak beliin baju aja ya.”
Keesokan harinya mama tiba-tiba mengajakku belanja. Meski lagi ngambek, aku turuti saja. Ternyata kami ke pusat grosir baju dan aku lihat mama beli banyak sekali sarung. Saat aku tanya buat apa, mama bilang nanti deh dikasih tahu.
Sesampainya di rumah, kakak-kakakku semua ada di rumah, termasuk keponakan kecilku yang menggemaskan. Sebuah momen kebersamaan yang aku rindukan. Akhirnya keluarga harmonis kami berkumpul lagi. Tapi, aku masih bingung mau ada apa. Aku lihat banyak nasi kotak di rumah. Lalu, aku diajak mama untuk membungkus sarung-sarung tadi dengan kertas kado. Masih mikir juga ini sarung buat apa, tapi tetap semangat membungkusnya.
Saat ashar tiba, mama menyuruhku mandi dan pakai pakaian rapi. Oh ternyata mama mengundang anak yatim ke rumah! Selesai mandi dan berpakaian rapi, aku pun turun ke ruang tamu dan lihat sudah banyak anak yatim yang datang. Selesai berdoa dan tausyiah singkat, mereka pun kemudian berjejer rapi untuk bersalaman dan mendapat bingkisan. Aku kebagian tugas memberi amplop. Ya, itu amplop yang kemarin aku lihat tengah diisi sama mama papa. Baru sadar ternyata itu untuk anak yatim!
Acara selesai sebelum waktu berbuka. Lalu tiba-tiba papa nyodorin sesuatu untukku, dibungkus pakai kertas kado. Saat aku buka ternyata isinya adalah buku tabungan plus kartu ATM. “Ini loh amplop kami semua buat kamu. Mama, papa, sama kakak semua nyumbang untuk buka rekening ini buat kamu. Ini amplop versi modern, loh,” kata papa sambil tersenyum.
Aku pun senang bukan main dan berterima kasih untuk kejutan dari keluarga kesayanganku ini! Tapi, ada rasa malu yang terbersit karena sudah ngambek saat tahu tidak akan ada amplop lagi untukku. Nah, apakah kamu juga pernah keburu ngambek ke orang tua tanpa tahu alasannya? Atau, masih berharap mendapatkan amplop Lebaran walaupun sudah gede? Wah, jangan sampai malunya seperti aku ya. Selamat Lebaran!