Cerita Pendek: Anak Kecil dan Penjual Tahu

Cerita Pendek: Anak Kecil dan Penjual Tahu

Rekomendasi Artikel

  • tehsariwangi
    Latihan Berjalan Bayi Bersama Keluarga


    Saat menjadi bayi, anak-anak biasanya akan belajar merangkak terlebih dahulu sebelum berjalan. Pada umumnya, bayi belajar berjalan pada umur 8 – 12 bulan. Untuk membantu anak Anda belajar berjalan, Anda harus giat memberikan stimulasi pada mereka agar mereka dapat berjalan. Jangan cepat merasa kasihan jika mereka merengek atau menangis ataupun kasihan kepada mereka. Berilah mereka motivasi untuk mau belajar berjalan, salah satunya adalah dengan berjalan pelan-pelan di depan mereka. Melatih anak berjalan juga dapat dimulai dengan membantu mereka berdiri tegak hingga mereka bisa berdiri sendiri tanpa bantuan Anda. Apabila anak Anda terjatuh, berikanlah motivasi atau stimulasi kepada mereka agar mereka mau berdiri sendiri. Setelah mereka dapat berdiri sendiri, langkah selanjutnya adalah merangsang mereka untuk berjalan. Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan mainan kesukaan mereka di depan mereka sehingga anak Anda akan mencoba berjalan untuk mengambil mainannya. Pertama-tama letakkan mainan tidak terlalu jauh dari anak Anda dan Anda juga harus tetap siaga untuk menangkapnya jika mereka terjatuh. Sedikit demi sedikit tambahlah langkah yang harus diambil anak Anda untuk mendapatkan mainannya.
     
    Setelah anak Anda memiliki keinginan untuk berjalan, langkah selanjutnya adalah membantu mereka berjalan. Ada beberapa cara untuk membantu mereka, salah satunya adalah dengan menuntun kedua tangan mereka saat anak Anda sedang berjalan. Cara lainnya adalah dengan membiarkan mereka berdiri dan berpegangan di boks tempat tidur mereka. Ajak mereka untuk menelusuri boks tersebut kurang lebih 30 menit, hal ini dimaksudkan agar jika anak Anda terjatuh maka sudah ada kasur untuk menahan jatuhnya.
     
    Anda juga dapat mengajarkan anak Anda belajar berjalan dengan ditemani anggota keluarga yang lain seperti Ayah maupun kakaknya. Dengan semakin banyak orang, maka semakin banyak juga yang memberikan motivasi untuknya dan sang bayi akan merasa semakin senang. Waktu mengajari balita berjalan juga dapat menjadi salah satu bentuk quality time yang dinikmati oleh seluruh anggota keluarga.
     
     
     Sumber:

  • tehsariwangi
    Tukang Ojek yang Mengukir Cerita Cinta Sejati Untukku


    Siapa yang tak bangga dengan suamiku? Percaya tidak percaya, ia telah memperoleh gelar magister teknik mesin. Kini, ia menjadi seorang dosen di sebuah perguruan tinggi ternama di Jakarta. Aku pun tahu ia sedang mengumpulkan uang untuk biaya kuliah S3-nya. Ia sangat ingin meraih gelar doktor.

    Meskipun sudah 20 tahun menikah, kami belum dikaruniai buah hati. Itu tak jadi masalah, toh kami tetap bahagia hidup berdua seperti ini. Sebagai istri, aku selalu mendukung karir dan impian suamiku. Aku berusaha mencari tambahan penghasilan dengan berjualan nasi uduk di pagi hari. Sebisa mungkin aku tidak ingin merepotkan suamiku yang sedang giat menabung untuk biaya S3-nya.

    Sudah beberapa bulan terakhir aku merasakan sakit kepala yang kian hari bertambah parah. Minggu lalu aku melakukan check-up di rumah sakit terdekat. Biaya yang dibutuhkan untuk check-up tidaklah sedikit. Aku menggunakan tabunganku untuk membayar biayanya. Selain tidak ingin mengganggu usaha suamiku yang sedang menabung, aku juga tak ingin membuatnya khawatir.

    “Siang, Bu Dina. Hasil check-up nya sudah keluar, tapi saya mau menanyakan beberapa pertanyaan,” kata dr. Sarah ketika aku memasuki ruangannya. “Silakan, dok,” jawabku. “Apakah ibu sering mengalami sakit kepala disertai dengan mimisan? Atau ibu akhir-akhir ini mengalami kelelahan yang begitu hebat?”, tanya dr. Sarah. “Ya, betul, dok. Saya selalu sakit kepala dan kadang disertai mimisan. Hampir setiap hari saya merasa kelelahan,” jawabku. Kulihat dr. Sarah membaca ulang hasil check-up di tangannya dan menghela nafas, “Bu Dina, mohon maaf sekali dengan sangat menyesal saya sampaikan bahwa Ibu divonis kanker otak stadium tiga.”

    Kata-kata dr. Sarah seperti petir yang menyambarku. Aku terpaku dan dalam sekejap kehilangan kesadaran.

    Ketika terbangun, aku sudah berada di ruangan serba putih dengan aroma obat yang khas. Kulihat suamiku sedang menatapku. Ketika mata kami bertemu, ia berkata, “Dina, kamu harus sembuh. Jangan tinggalkan aku.”

    Hari-hari berikutnya, suamiku makin sering menemaniku di rumah sakit. Aku mulai curiga karena aku tahu betul jadwal mengajarnya. Ia kerap kali berada di sisiku ketika jam mengajarnya tiba. Setiap aku tanyakan tentang itu, ia selalu berusaha menghindar dan tidak menjawab.

    Pagi ini, Suster Maria datang untuk mengganti insfuku. Ia menyapaku dengan ramah dan mengatakan suatu hal yang membuatku tercengang, “Bu Dina harus semangat untuk sembuh, ya. Pak Sutanto itu cinta banget, lho, sama Bu Dina. Kemarin saya pulang ke asrama pakai jasa ojek suami Ibu. Tampaknya dia giat sekali cari uang untuk biaya pengobatan Ibu.”

    Tukang ojek? Bukankah suamiku seorang dosen? Dia dosen di perguruan tinggi ternama, tapi....

    Suamiku masuk ke kamarku, ia berusaha tersenyum meskipun wajahnya tampak letih. Ketika ia duduk, segera kutanya, “Tanto, apakah betul kamu menjadi tukang ojek?” Ia terlihat kaget saat mendengar pertanyaanku. Sempat terdiam lama, suamiku pun menjawab, “Iya, Din. Semoga kamu tidak malu dengan pekerjaanku yang baru ini.” Aku bersikukuh meminta penjelasannya, “Tapi mengapa? Bukankah pekerjaanmu sudah mapan?” Ia menggenggam tangaku dan menjawab, “Ya, menjadi dosen adalah kebanggaanku. Tapi kebanggaan terbesarku adalah bisa memiliki lebih banyak waktu untuk menyemangati istriku yang kini sedang terbaring sakit. Dengan pekerjaanku sebagai tukang ojek, aku memiliki waktu yang lebih banyak dan fleksibel untuk datang ke sini, sayang. Penghasilannya pun cukup lumayan, kok.”

    Kenyataan yang kudengar dari suamiku menumbuhkan semangatku untuk sembuh. Baru kusadari bahwa Sutanto adalah cinta sejati untukku. Ya, tukang ojek itu mengorbankan segala impiannya untuk mengukir cerita cinta sejati untukku.

    Pernahkah Anda mengalami hal yang serupa? Dimana seseorang rela mengorbankan impian, harta, dan status yang ia miliki hanya untuk bersamamu, orang yang dicintainya? Berbahagialah Anda yang berada di posisi seperti itu. Karena cerita cinta sejati merupakan hal yang paling terindah dalam hidup.